Bagi banyak orang, mendengar adalah kemampuan alami yang tak perlu dipelajari. Bahkan, tdak jarang ia dianggap sebagai kegiatan pasif dalam proses komunikasi, mungkin karena mendengar identk dengan kondisi “diam”. Padahal, sama halnya dengan berbicara, berenang, atau bersepeda, keterampilan mendengarkan bisa meningkat apabila diasah dengan sungguh-sungguh.
Berbicara dan mendengarkan menjadi sepasang kunci keberhasilan komunikasi, persis sepert perangkat transmitter (pengirim sinyal) dan receiver (penerima sinyal) pada alat-alat elektronik. Tidak hanya mencegah kesalahpahaman, kemampuan menyimak yang baik juga dapat mendamaikan, menyembuhkan, bahkan menyelamatkan diri sendiri ataupun orang lain.
Buku ini disusun untuk melatih keterampilan mendengarkan terhadap tiga elemen vital dalam kehidupan, yakni diri sendiri, orang lain, dan informasi dari berbagai penjuru dunia. Poin pertama artinya kemampuan untuk memahami jati diri sekaligus keberanian untuk berdamai dengan apa
pun kondisi kita. Poin kedua memuat segala macam teknik menyimak agar dapat menjadi bermanfaat bagi orang lain. Sementara itu, yang ketiga adalah strategi untuk tetap menjaga kewarasan di tengah bisingnya dunia digital.
Penguasaan ketiga aktivitas mendengarkan ini tdak hanya membantu kita untuk berkembang, tetapi juga menciptakan dunia yang lebih baik untuk ditnggali. Karena segala bentuk hiruk pikuk kekacauan dalam relasi interpersonal manusia selalu bermuara pada keinginan untuk didengarkan dan dipahami.
Mendengarkan merupakan kemampuan yang sama pentingnya dengan berbicara. Berikut ini beberapa faktor yang menunjukkan pentingnya keterampilan mendengarkan.
Manusia belajar berbicara dengan mendengar terlebih dahulu. Itulah mengapa orang tunarungu (tuli) otomatis menjadi tunawicara (bisu). Jadi, hal-hal yang keluar dari mulut (ucapan) kita sangat dipengaruhi oleh apa yang kita baca dan dengarkan. Proses mendengarkan tersebut tidak hanya berperan pada isi ucapan kita, tetapi juga cara kita berbicara.
Mengirim pesan saat berkomunikasi kita lakukan dengan berbicara, menulis, atau dengan gestur tertentu. Sementara itu, menerima pesan dilakukan manusia dengan cara melihat, membaca, dan mendengarkan. Suatu hubungan, entah dalam keluarga, sekolah, ataupun pekerjaan bisa retak karena kedua pihak terus-menerus mengirim pesan, tetapi tdak ada yang menerimanya.
Banyak orang mengira kemampuan mendengarkan bisa kita kuasai secara alami tanpa perlu dipelajari. Padahal, sama dengan skill bermain sepak bola, berenang, dan bersepeda, skill mendengarkan juga akan terus meningkat jika kita melatihnya dengan sungguh-sungguh.
Sebagai makhluk sosial, manusia ingin terus berbagi, baik dalam suka maupun duka. Orang yang mengalami masalah akan merasa lebih kuat ketika ada orang lain yang mendengarkannya meski mungkin ia tidak mendapatkan solusi.
Berikut ini jenis-jenis mendengarkan yang dapat kita kuasai untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
1. Mendengarkan Diri Sendiri
Sebelum mendengarkan orang lain, pertama-tama kita mesti mampu mendengarkan diri sendiri, baik berupa jati diri, potensi, maupun kata hati saat akan mengambil keputusan.
2. Mendengarkan Orang Lain
Setap orang perlu dan ingin didengar. Kita bisa menjadi pribadi yang bermanfaat hanya dengan menjadi pendengar yang baik bagi mereka.
3. Mendengarkan Dunia
Aspek ketiga ini menjadi pentng karena manusia era sekarang hidup dalam komunitas global. Kita tdak lagi mendengar kabar dari tetangga sebelah rumah, tetapi juga urusan dapur keluarga di belahan dunia yang lain. Jika tdak pandai-pandai memilah, kita akan tenggelam dalam kebisingan yang menyesatkan.
*RIASEC, singkatan dari Realistc (Realists), Investgatve (Investgatf), Artistic (Artistik), Social (Sosial),
Enterprising (Militan), dan Conventonal (Konvensional).
Contoh tes (1 dari 6 tes):
Contoh pertanyaan (4 dari 15 pertanyaan):
Contoh poin latihan (7 dari 20 poin):
Contoh pembicaraan (1 dari 4 pembicaraan)
5. Latihan menghadapi Kritik
Contoh pertanyaan (1 dari 7 pertanyaan)
6. Tes Nasihat yang Baik atau Buruk
Contoh nasihat (1 dari 8 tes nasihat)
Tagline : Rahasia Menjadi Lebih Kuat dan Berpengaruh Tanpa Mendominasi Percakapan
Penulis : Ardi Darmawan
ISBN : 978-602-286-133-1
Dimensi : 13 × 19 cm
Isi : vi + 154 halaman
Sampul : SoftCover
Terbit : April 2024
Mendengar semestinya tidak hanya dilakukan dengan telinga. Ada empat indra lain dan pola-pola di dalam benak yang dapat kita gunakan untuk benar-benar memahami informasi. Dengan begitu, pesan yang tertangkap tidak sekadar masuk kuping kiri, keluar kuping kanan.
Buku ini memberikan perspektif baru sekaligus panduan praktis agar kita bisa benar-benar memahami, baik memahami diri sendiri, orang lain, maupun informasi yang berlalu-lalang di ranah digital. Tiap bab diawali dengan kisah-kisah nyata tentang bagaimana mendengarkan dengan keliru bisa berakibat fatal, sedangkan menyimak dengan baik bisa menyelamatkan nyawa seseorang.
Semua ini menjadi bukti bahwa mendengarkan memang bukan suatu kegiatan pasif yang identik dengan “diam saja”, melainkan sebuah keterampilan yang jika benar-benar diasah, akan mampu menguatkan diri sendiri ataupun orang lain.
GARANSI:
Keamanan pembayaran Anda adalah prioritas kami, dan kami menggunakan sistem pembayaran yang aman dan terpercaya untuk transaksi Anda. Namun, jika buku tiba dalam kondisi rusak, kami akan dengan senang hati menggantinya dengan buku yang sama atau setara. Kami hanya menerbitkan buku original. Agar pengetahuan bermanfaat dan berkah, hindari membeli buku versi bajakan.