Nama Pangeran Diponegoro memang sudah tak asing lagi dalam sejarah Indonesia. Salah satu tokoh sejarah Indonesia yang satu ini terlahir dengan nama Raden Mas Ontowiryo di Yogyakarta, 11 November 1785 silam.
Ayahnya, Sri Sultan Hamengkubuwono III adalah raja Kesultanan Mataram yang berpusat di Yogyakarta. Sedangkan ibunya, Raden Ayu Mangkarawati, merupakan seorang garwa ampeyan atau selir raja.
Di usianya yang ke-29, Pangeran Diponegoro telah dipercaya untuk meneruskan takhta ayahnya. Namun dengan kerendahan hati, Pangeran Diponegoro menolaknya karena merasa kurang pantas sebagai anak seorang selir. Pangeran Diponegoro lebih memilih mendalami ilmu agama di Tegalrejo, tempat tinggal nenek buyutnya.
Takhta tersebut lalu diserahkan kepada putra permaisuri yang bernama Raden Mas Ibnu Jarot dengan gelar Sultan Hamengkubuwono IV. Meski sudah menjadi raja, namun yang menguasai pemerintahan adalah seorang punggawa kerajaan bernama Patih Danurejo IV. Patih itu juga bekerja sama dengan Belanda untuk kepentingannya sendiri.
Makin hari, posisi sang patih pun semakin kuat dalam pemerintahan. Terlebih, setelah Sultan Hamengkubuwono IV meninggal dunia. Melihat hal itu, Pangeran Diponegoro tidak tinggal diam. Secara terang-terangan, ia pun mengumumkan perlawanan terhadap sang patih yang bekerja sama dengan wakil pemerintahan Belanda di Yogyakarta.
Pertempuran sengit pun tak terhindarkan. Korban berjatuhan demi mempertahankan tanah leluhur.
Seperti apa kisah selengkapnya? Kamu bisa membacanya dalam buku Pangeran Diponegoro; Pahlawan dari Gua Selarong karya Agung Bawantara, Maria Ekaristi, & Dwi S yang diterbitkan oleh Anak Kita. Buku dengan konsep komik pahlawan Indonesia ini mengajak kamu untuk mengenal lebih dalam salah satu tokoh sejarah nusantara. Di dalamnya, kamu bisa membaca kisah patriotik dari Pangeran Diponegoro dilengkapi dengan ilustrasi yang menarik.
Selamat membaca!